Tausiyah K.H. Imam Haromain: Mata Air Anugerah yang Berlinang Bencana
Bismillah. Alhamdulillah.
Jika menyaksikan sebuah negeri yang terus menerus
dihantam badai cobaan, maka tengoklah surat An-Nahl 112-113.
Dikisahkan disana tentang sebuah negeri yang penduduknya tenang dan
tenteram. Stabilitas dalam negerinya mantap, keamanannya terjamin,
kebersamaan, persatuan dan kesatuannya pun kuat. Berbagai pebedaan
yang ada, dijaga dan dirawatnya secara berimbang pula. Belum lagi
dengan hasil biji-bijiannya dan buah-buahannya yang melimpah-ruah.
Dari setiap penjuru negeri itu, senantiasa menghamparkan anugerah
rezekiNya. Inilah sebuah negeri yang gemah ripa loh jinawi toto
tentrem karto raharjo.
Tetapi naifnya, pada bentangan sejarah berikutnya,
negeri tersebut justru dilanda kemiskinan yang panjang. Kelaparan
telah meraja rela dimana-mana. Masyarakat yang fakir pun sudah tak
berjumlah. Hasil buah-buahannya dan biji-bijiannya pun jatuh pada
tingkat produksi yang mengenaskan. Sebab bencana alam telah terjadi
pada setiap jengkal tanahnya. Intinya, keberkahan yang melimpah-ruah
disana telah dicabut oleh Alloh SWT.
Penduduk negeri itu pun, lantas hidup dengan
bersarungkan rasa ketakutan yang mencekam. Kericuhan benar-benar
telah menyelimuti masyarakatnya. Kekhawatiran telah menyeruak di
setiap jengkal kehidupan mereka. Pertengkaran, pertikaian dan
pembantaian telah terjadi dimana-mana. Beragam bentuk kerusuhan pun
tak dapat dihindarinya. Amuk massa sudah benar-benar tak lagi
mengenal batas norma dan aturan. Sehingga negeri yang dulunya makmur
sejahtera itu, tiba-tiba berubah menjadi negeri yang seluruh tatanan
kehidupannya menjadi serba carutmarut.
Hamparan Alam - Nikmat yang sepantasnya disyukuri. |
Itu semua terjadi, dikarenakan mereka telah abai
dan lalai. Mereka benar-benar telah melupakan guyuran nikmat yang
diberikanNya. Gugusan nikmat yang besar itu tak diterimanya dengan
rasa syukur, melainkan justru diingkarinya secara massal. Rezeki yang
melimpah tak dimanfaatkan untuk perbaikan di jalanNya, namun justru
digunakan untuk memuaskan nafsu di jalan-jalan kemaksiatan. Sehingga
mata air anugerah telah menjelma menjadi linangan bencana. Dan segala
nikmat bermetamorfosa menjadi laknat.
Oleh karenanya, agar beragam kenikmatan yang ada
di negeri kita ini tak segera menguap sirna, maka jangan sekali-kali
bertindak ingkar atas anugerah yang telah dihamparkanNya. Janganlah
dengan berbagai kekayaan alam dan nikmat karunia yang ada, lantas
justru membuat kita menjadi lupa atas pemberianNya.
Maka peranan sang pemimpin untuk membimbing
rakyatnya agar senatiasa berada di jalanNya, adalah sebuah keharusan
yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Jika pemimpin seperti itu telah
datang di tengah kita, jangan sekali-kali mendustakannya – apalagi
dengan bertindak makar atasnya. Sebab dengan keperkasaan tangannya,
dia akan sanggup mengerem laju kemaksiatan yang ada di sekitar kita.
Karena jika di suatu negeri sudah dipenuhi dengan beragam
kemaksiatan, maka hanya tinggal menunggu saat-saat bencana itu
dihunjamkanNya.
Maka tak ada jalan untuk menunda bencana, selain
kita harus mesyukuri dari setiap biji nikmat yang telah diberikanNya.
Hendaknya pula kita senantiasa memohon kepadaNya, agar karunia iman,
kesempatan beribadah dan keindahan akhlakul karimah, selalu melekat
dalam diri kita. Dengan itu semua, insya Allah jalan penyelamatan
akan senantiasa dibentangkanNya. Semoga negeri ini, menjadi sebuah
negeri yang baldatun thayyibatun warabbun ghofur...
Wallahu a’lam bish-shawab!
*) Tausiyah Islam ini ditulis oleh K.H. Imam Haromain, M.Si., Pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra Pon. Pes. Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.
Gambar diambil dari flickr.com.
*) Tausiyah Islam ini ditulis oleh K.H. Imam Haromain, M.Si., Pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra Pon. Pes. Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.
Gambar diambil dari flickr.com.