Tausyiah K.H. Imam Haromain: Bercermin pada Rembulan di Malam Purnama
Bismillah. Alhamdulillah.
Kemana kaum perempuan saat ini
mesti mencari seorang teladan? Jawabannya, cukuplah Fathimah sebagai
cermin kehidupannya. Sebab dalam diri Fathimah, telah terkumpul
beribu keagungan yang sempurna. Aliran peristiwa yang dilaluinya,
juga menyiratkan banyak makna – yang patut untuk dipelajari dan
sekaligus diteladani.
Fathimah az-Zahrah adalah seorang
mukminah sejati. Allah SWT telah menaburkan beribu berkah, keagungan,
kemuliaan, ketinggian, serta tanda-tanda kebesaran yang tak
tertandingi perempuan lainnya sepanjang sejarah. “Sesungguhnya
putriku Fathimah, adalah penghulu kaum perempuan dari awal hingga
akhir zaman. Dia bagian dariku dan cahaya mataku; ialah bunga hatiku
dan belahan jiwaku,” sabda Rasul saat memuji putri tercinta.
Dalam diri Fathimah, terkandung
tanda kekuasaan-Nya yang teramat menakjubkan. Baik keistimewaan
akhlaq maupun yang berupa kemampuan bakat. Fathimah adalah seorang
terkemuka dari para hamba yang dekat dengan-Nya. Dialah perempuan
agung yang baunya semerbak tercium di surga. Allah menciptakan Nabi
Muhammad SAW sebagai tanda kekuatan-Nya. Dan Allah menciptakan
putrinya Fathimah sebagai tanda kemampuan-Nya. Maha Agung Dia yang
telah menganugerahinya dengan segala limpahan rahmat-Nya.
Pada diri perempuan mulia ini
terkandung wujud-wujud kenyataan. Kepribadiannya begitu menawan dan
tampak sangat menakjubkan. Dalam dirinya juga tersembunyikan
rahasia-rahasia yang penuh makna. Watak, sikap dan perilakunya
teramat dihargai umatnya. Fathimah tumbuh dan dibesarkan di rumah
kenabian. Jiwanya senantiasa mendapat naungan dan limpahan dari cinta
kasih Khadijah dan kasih sayang Rasulullah. Itulah yang membuatnya
mampu meraih kecemerlangan dan keagungan yang tertinggi.
Ibunda Anas bin Malik pernah
berkata: “Fathimah bak rembulan di malam purnama. Matahari yang
tak tersaput awan. Dia putih dengan sentuhan warna mawar di wajahnya.
Rambutnya hitam. Dan dia bercirikan keelokan Rasulullah SAW.”
Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda: “Fathimah adalah seorang
bidadari berwujud manusia. Kapan pun kurindukan surga, maka kucium
dia.”
dialah Fathimah az-Zahrah, kepada
siapa Allah memuji dan senantiasa pula ridha atas
keridhaannya. Rasulullah SAW senantiasa memuji kepribadiannya yang
termuliakan. Dan suaminya Ali bin Abi Thalib senantiasa pula
memandang kepadanya, dengan penuh hormat dan rasa kekaguman yang
tiada tara.
Rembulan - Fathimah bak rembulan di malam purnama |
Pada saat Fathimah dihantarkan
menuju ruang pernikahannya, Nabi Muhammad sendiri yang memimpin
pertemuan sakral itu. Malaikat Jibril berada pada sisi kanannya,
serta Malaikat Mikail berada di sisi kirnya. Lalu beribu-ribu
Malaikat lainnya pun turut pula mengiringinya. Mereka melantunkan
tembang pujian kepada-Nya, hingga sang fajar bersua dengan embun
pagi. Dalam sebuah riwayat, Nabi pernah bersabda: “Jika Allah
tidak menciptakan Ali, maka tidak ada yang setara bagi Fathimah.”
Kecerdasan Fathimah seharusnya
menjadi tipikal kecerdasan Muslimah lainnya. Dan ketaatannya,
hendaklah menjadi cermin bagi perempuan setelahnya. Dialah seorang
putri Rasulullah, yang keteladanannya sungguh teramat sempurna. Dalam
setiap perilakunya selalu menjaga kehormatan dan kesuciannya.
Kiprahnya di tengah sosial-kemasyarakatan senantiasa pada batas-batas
agama dan kebijaksanaan.
Dari Fathimahlah kita menjadi
mengerti, bahwa kaum perempuan tak terkungkung oleh tapal batas
tradisi agama. Mereka memiliki kemerdekaan dalam mengejar ilmu
pengetahuan, budaya dan sastra. Tentu saja asalkan dirinya mampu
menjaganya dari perilaku tidak senonoh, yang justru akan
menenggelamkannya ke jurang fitnah duka nestapa. Dan lambat laun hal
itu yang malah akan menghancurkan diri dan kehidupannya.
Lewat kepribadiannya, kaum
perempuan dapat berkaca bagaimana untuk melindungi kehormatan, jiwa
dan jati dirinya. Melalui Fathimah pula, mereka bisa bercermin untuk
bagaimana terhindar dari arus kemaksiatan yang bermetamorfosa menuju
dukacita yang sangat mencekam. Itulah sebabnya kaum perempuan teramat
membutuhkan figur seperti Fathimah, agar sanggup bangkit dari praktik
penindasan, pencemaran, pembusukan, hilangnya harkat dan martabat,
yang dari kesemua itu telah menghasilkan ratapan panjang kaum
perempuan.
Alhasil, pada zaman ini kaum
perempuan memang merindukan sosok yang tampil penuh pesona; seperti
Fathimah!
Wallahu a'lam bish-shawab.
*) Tausiyah Islam ini ditulis
oleh K.H. Imam Haromain, M.Si., Pengasuh Asrama Sunan Ampel Putra
Pon. Pes. Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang.
Gambar diambil dari flickr.com.